IPS

Pertanyaan

jelaskan dampak negativ apabila anak änäk melakukan imitasi terhadap tayangan televisi mengenai tindak kekerasan!

2 Jawaban

  • Nanti bila anak-anak besar menjadi orang yang jahat dan suka melakukan kekerasan pada orang lain
  • TAYANGAN KEKERASAN
    Banyaknya tayangan kekerasan di televisi seperti sinetron, Film kartun (Cartoon Network) film-film impor, secara sadar atau tidak sadar dapat berdampak kepada masyarakat yang dikhawatirkan ditiru penontonnya.
    Menurut Kadish (1983) kekerasan menunjuk pada semua tingkah laku yang bertentangan dengan undang-undang, baik berupa ancaman saja maupun sudah merupakan tindakan nyata yang mengakibatkan kerusakan terhadap harta benda, fisik atau mengakibatkan kematian seseorang. Ruang lingkup terbatas pada suatu komunitas lokal, misalnya pengeroyokan dalam bentuk pemukulan atau penganiayaan terhadap pencopet yang tertangkap tangan.
    Dede Mulkan Sasmita, (1997: 214) menjelaskan bahwa para pakar komunikasi mempunyai asumsi yang cukup kuat mengenai dampak tayangan kekerasan ditelevisi terhadap perubahan pola perilaku penontonnya, terutama anak-anak. Salah satu kondisi yang mungkin timbul menurut para ahli komunikasi itu adalah munculnya perasaan takut akan menjadi korban kekerasan pada sebagian penonton yang sering menyaksikan tayangan kekerasan di televisi. Asumsi itu mengacu pada teori yang menyatakan bahwa tayangan televisi merupakan cermin realitas sosial yang terjadi di masyarakat.
    Besarnya rasa ingin tahu karena yang sudah diketahui masih sedikit pada diri anak membuat segala isi informasi yang serasi dengan keinginan-keinginan akan dilahap begitu saja bulat-bulat tanpa banyak pikir. Itulah sebabnya semaksimal mungkin perlu diikuti atau diketahui apa saja yang sebenarnya dikonsumsi oleh anak-anak. Kalau berbentuk acara televisi, tema cerita apa saja, yang dibintangi oleh siapa, serta moral cerita macam apakah yang menjadi kesenangan mereka? Pendeknya perlu dipahami secara rinci menu informasi mereka agar kita tahu persis apa yang mengisi benak mereka, sehingga tidak terperanjat begitu sadar bahwa mereka mengetahui sesuatu yang di luar dugaan.
    Tayangan kekerasan yang digambarkan televisi sekarang ini seperti sinetron remaja, anak-anak bahkan film-film impor, yang seharusnya dikonsumsi orang dewasa banyak ditonton anak-anak. Adapun film yang dikategorikan mengandung unsur kekerasan, Gerbner (1972) mengemukakan sebagai the overt expression of physical force (with or without weapon) against self of other. Compelling action against one’s will on pain of being hurt or killed or action actualily hurting or killing. Artinya semua film yang menampilkan kekerasan fisik dengan atau tanpa senjata yang ditujukan kepada dirinya atau orang lain di mana tindakannya mengakibatkan kesakitan, atau kematian, merupakan film yang dikategorikan mengandung unsur kekerasan.
    Banyaknya film-film di televisi yang mengandung unsur kekerasan yang dipilih para pengelola televisi untuk mengisi program siarannya, karena jenis film itu memang disukai penonton. Terbukti adanya rating yang tinggi dari jenis film yang ini mencapai angka di atas 20. Rating tinggi berarti pemasukan keuangan dari iklan pun akan membanjir. (Yatim, 1994).
    Penelitian LIPI yang dilakukan tahun 1994 terhadap 200 remaja Sekolah Lanjutan Tingkat Atas dan Mahasiswa di Medan, Surabaya menunjukkan acara yang paling digemari pemirsa adalah jenis film aksi (58%), drama (17,5%), Komedi (10%) serta Koboi dan Detektif (14,5%) (Republika, April 1995).
    Pendapat senada dikemukakan Jeremo dan Singer, Psikolog dari Universitas Yale, menurut mereka, televisi memang secara tidak langsung menimbulkan perilaku kekerasan. Tetapi mereka mengakui, program televisi dapat memperkuat faktor agresif dalam kepribadian si anak, ataupun gejala agresivitas masyarakat yang memang sudah ada (Kompas, Desember 1994).
    Para pengamat di Amerika menduga acara televisi yang menampilkan film kekerasan dapat mendorong agresivitas seseorang. Tudingan ini dikemukakan karena tindak kekerasan merupakan masalah utama sejak televisi menjadi medium hiburan di setiap rumah. Kekhawatiran dampak negatif terutama ditujukan kepada anak-anak. Setiap hari mereka dihadapkan pada berbagai macam acara. Hingga usia 18 tahun, rata-rata

Pertanyaan Lainnya